Anak lebih mudah tertular TBC dikarenakan kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan sempurna. Meskipun anak telah diberikan vaksin atau imunisasi BCG pada usia 3 bulan, bukan berarti anak akan menjadi kebal sepenuhnya terhadap penyakit TBC. Vaksin BCG ini diberikan terutama untuk mengurangi risiko mengalami TBC berat yang sangat berbahaya untuk anak. 

Siapa yang berisiko terkena TBC anak?

Terdapat empat populasi anak yang rentan terinfeksi kuman MTB, yaitu:

  • Anak di bawah usia 5 tahun
    Anak di bawah usia 5 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang sehingga bakteri MTB yang telah berada di dalam tubuh mudah teraktivasi.
  • Anak dengan AIDS
    Bakteri MTB mudah teraktivasi ketika kondisi sistem kekebalan tubuh mulai melemah dikarenakan infeksi virus HIV.
  • Anak dengan gizi buruk
    Gizi buruk pada anak dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh untuk menghadapi invasi bakteri secara umum.
  • Anak yang kontak erat dengan pasien TBC
    Anak yang kontak dengan pasien TBC memiliki risiko untuk terinfeksi kuman MTB (TBC laten). Risiko ini akan semakin meningkat jika kontak erat adalah ibu atau pengasuh anak tersebut.

 

Bagaimana gejalanya?
Berbeda dengan TBC pada dewasa, TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali gejalanya. Adapun gejala-gejala dari TBC anak, yakni:

  • Penurunan berat badan atau tidak adanya kenaikan berat badan dalam 2 bulan terakhir, meskipun telah dilakukan penatalaksanaan gizi yang memadai.
  • Demam yang tidak tinggi selama ? 2 minggu atau berulang.
  • Batuk selama lebih dari dua minggu yang tidak membaik dengan antibiotik atau pengobatan dari dokter.
  • Lemah, lesu, mudah lelah, dan menjadi kurang aktif bermain.

 

Bagaimana pencegahannya?

Imunisasi merupakan salah satu upaya yang efektif dalam mengurangi jumlah angka kematian pada bayi dan anak. Salah satu imunisasi yang diwajibkan untuk diberikan pada bayi dan anak adalah vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG merupakan vaksinasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum usia 3 bulan dan merupakan vaksin untuk penyakit tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG 70 hingga 80 persen cukup efektif untuk mencegah infeksi TBC berat pada anak, seperti TBC meningitis dan TBC milier.

Vaksin ini dikembangkan hampir 100 tahun lalu dan telah digunakan secara luas. Vaksin BCG hanya perlu diberikan satu kali seumur hidup, melalui suntikan yang dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Vaksin ini berisi sejumlah mycobacterium bovis yang telah dilemahkan yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri TBC.

Vaksin BCG biasanya diberikan bagi mereka yang tinggal di negara dengan prevalensi TBC yang tinggi dan tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi, anak-anak, atau orang dewasa yang terinfeksi HIV. Vaksin ini juga tidak dianjurkan untuk diberikan selama proses kehamilan, meski tidak ada efek samping vaksinasi BCG pada janin. Hanya saja, hingga saat ini masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan pemberian vaksin BCG aman bagi janin. Saat ini belum ada vaksin yang efektif dalam mencegah penyakit TB pada orang dewasa, baik sebelum ataupun setelah pajanan terhadap infeksi TBC.

Meski demikian, orang yang telah mendapat vaksin BCG belum tentu kebal terhadap infeksi TBC. Pola hidup bersih dan sehat penting dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi bakteri.

 

Bagaimana upaya pencegahan TBC pada anak melalui Terapi Pencegahan TBC (TPT)?

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan hampir dua miliar orang dari seluruh populasi dunia terinfeksi TBC laten dan diperkirakan sekitar 10% atau sebanyak 200 juta orang di antaranya akan berkembang menjadi sakit TBC. Terapi pencegahan TBC (TPT) pada mereka dengan infeksi laten TBC (ILTB) akan mengurangi risiko terjadinya TBC aktif. Target Eliminasi TBC pada tahun 2030 dapat dicapai dengan mengkombinasikan upaya pengobatan TBC aktif secara efektif dengan upaya pencegahan TBC dengan pemberian TPT pada kasus infeksi laten tuberkulosis.

Terapi pencegahan TBC (TPT) menjadi salah satu strategi eliminasi TBC, selain diagnosis dan pengobatan. Implementasi TPT di Indonesia diberikan kepada dua populasi paling berisiko, yaitu anak dan kontak serumah dengan pasien TBC paru aktif serta ODHA. Berbagai pilihan TPT yang saat ini direkomendasikan WHO terdiri dari monoterapi isoniazid (H) atau rifampisin (R) dan kombinasi isoniazid (H) dengan rifapentine (P) atau rifampisin (R). Berdasarkan Global TB Report 2020, capaian TPT di Indonesia tahun 2019 adalah  9,4% pemberian TPT pada kontak anak di bawah 5 tahun.

Sebagai generasi masa depan, anak yang sehat tentunya menjadi aset berharga bagi bangsa ini. Sekian juta anak Indonesia kedepan akan menjadi generasi penerus yang membawa kemajuan bagi bangsa ini. Oleh sebab itu untuk mendukung terciptanya anak Indonesia yang sehat, dukungan nutrisi yang seimbang perlu untuk mendukung tumbuh kembang anak, dan sebagai elemen penting juga untuk menjaga sistem kekebalan tubuh anak agar tidak mudah terinfeksi penyakit, termasuk juga kuman tuberculosis.

 

Sumber:
https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/prevention/bcg.htm
Global TB Report 2020. https://www.who.int/tb/publications/global_report/en/.
https://www.yki4tbc.org/apa-itu-tb/tb-anak.html

 

Editor: Melya, Rerin Alfredo
Gambar: Amadeus Rembrandt