Imunisasi merupakan salah satu upaya yang efektif dalam mengurangi jumlah angka kematian pada bayi dan anak. Salah satu imunisasi yang diwajibkan untuk diberikan pada bayi dan anak adalah vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG merupakan vaksinasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum menginjak usia 3 bulan dan merupakan vaksin untuk penyakit tuberkulosis (TBC).

Vaksin BCG hanya perlu diberikan satu kali seumur hidup, melalui suntikan yang dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Vaksin ini berisi sejumlah mycobacterium bovis yang telah dilemahkan yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri TBC.

Meski demikian paska imunisasi kerap dijumpai sejumlah kondisi yang merupakan efek samping dari vaksinasi. Kondisi ini disebut dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI merupakan salah satu reaksi tubuh yang tidak diinginkan yang muncul setelah pemberian vaksin. Biasanya KIPI dapat terjadi dengan tanda atau kondisi yang berbeda-beda, seperti gejala efek samping ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti alergi parah (anafilaksis) terhadap kandungan vaksin.

Berikut KIPI paska imunisasi BCG pada bayi:

  1. Bayi menjadi lebih rewel dan sering menangis

Imunisasi BCG memang bisa menyebabkan bayi merasa kesakitan karena suntikan dilakukan pada kulit yang penuh dengan saraf reseptor. Selain rasa nyeri, imunisasi BCG juga akan menyebabkan munculnya luka atau pembengkakan kecil di bekas suntikan.

  1. Demam

Bayi demam setelah imunisasi memang bisa terjadi. Hal ini biasanya muncul setelah anak mendapatkan vaksinasi. Demam setelah imunisasi umumnya muncul 24 jam setelah vaksin diberikan dan berlangsung sekitar 1–2 hari.

  1. Muncul timbul bisul kecil (papula)

Kondisi ini muncul 2-6 minggu setelah imunisasi BCG yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi (kondisi jaringan lunak mulut yang kehilangan lapisan epitel paska imunisasi) selama 2-4 bulan. Kondisi ini dapat sembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila luka terbuka dan memunculkan adanya cairan, maka dapat dikompres dengan cairan antiseptik, dan apabila cairan bertambah banyak dan koreng semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional (aksila) maka harus dibawa ke dokter.

KIPI tidak selalu terjadi pada setiap orang yang diimunisasi. Munculnya gejala ringan cenderung lebih sering terjadi dibandingkan gejala serius terhadap vaksin. Gejala KIPI yang ringan dapat bersifat lokal atau sistemik. KIPI ringan bersifat lokal dapat berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan di area tubuh yang mengalami infeksi setelah diberikan imunisasi. Sedangkan respon sistemik dapat berupa munculnya demam, sakit kepala, lemas, atau rasa tidak enak badan.

Meski demikian KIPI jarang terjadi dan kebanyakan tidak membahayakan. Risiko munculnya KIPI masih lebih ringan daripada risiko terjangkit penyakit serius termasuk tuberkulosis. Selain itu vaksin BCG juga terbilang aman dan jarang menimbulkan efek samping berbahaya. Efek samping yang biasa terjadi adalah nyeri di area suntikan dan kulit terlihat kering atau bersisik.

Bila manajemen penanganan KIPI dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan timbul kepercayaan masyarakat akan efektifitas dari pemberian vaksinasi. Dengan timbulnya kepercayaan masyarakat, maka cakupan imunisasi akan semakin tinggi dan terjadi penurunan insiden penyakit menular. Hasil akhir dari program imunisasi adalah eradikasi suatu penyakit dan pada fase ini telah terjadi maturasi kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi, walaupun kasus KIPI tetap dapat dijumpai. Semoga, masyarakat aktif membantu kelancaran vaksinasi BCG yang pada akhirnya eradikasi TBC dapat terwujud di Indonesia.

Sumber:

 

Editor: Melya, Wera Damianus
Gambar: Amadeus Rembrandt