Upaya eliminasi TBC tidak hanya menjadi perhatian satu atau dua negara saja, namun para pemimpin dari semua negara anggota PBB telah berkomitmen untuk eliminasi TBC secara global pada tahun 2030 melalui strategi End TB. Pada akhir 2019, indikator global untuk mengurangi beban TBC melalui peningkatan akses ke layanan pencegahan dan pengobatan TBC serta peningkatan pembiayaan TBC telah menunjukkan hasil yang sesuai target. Hal ini dikatakan dalam executive summary Global TB Report 2020. Meski demikian, dalam summary ini juga disebutkan bahwa munculnya COVID-19 menghambat upaya eliminasi TBC yang telah berjalan. Dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi yang sangat besar dari pandemi COVID-19, turut menambah beban penanggulangan TBC.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan Laporan TB Global tahun 2020. Dalam laporan ini digambarkan paparan mengenai penilaian yang komprehensif dan terkini tentang status epidemi TBC di tingkat global. Dalam laporan ini, disebutkan secara global, angka insidensi TBC menurun, tetapi tidak cukup besar untuk mencapai target tahun 2020, yaitu penurunan 20% antara tahun 2015 dan 2020. Penurunan kumulatif dari 2015 hingga 2019 adalah 9% (dari 142 menjadi 130 kasus baru per 100.000 penduduk), termasuk penurunan 2,3% antara 2018 dan 2019. Laporan ini juga turut memberikan penilaian sementara tentang bagaimana pandemi mempengaruhi epidemi TBC dan perkembangan menuju target TBC global.

Melihat kondisi ini, Sekretaris Jenderal PBB mengusulkan 10 rekomendasi prioritas guna mencapai target dan mengurangi dampak baik fisik, psikis, dan sosial yang sangat besar karena TBC. 10 rekomendasi prioritas ini ditujukan bagi negara-negara anggota dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengurangi kesenjangan dalam penanggulangan TBC, terlebih pada konteks pandemi COVID-19.

Berikut adalah 10 rekomendasi prioritas dari Sekretaris Jenderal PBB untuk akselerasi eliminasi TBC dalam laporan perkembangan TB Global tahun 2020, yaitu:

  1. Memaksimalkan kepemimpinan eksekutif untuk implementasi program penanggulangan TBC secara multisektoral dalam mengurangi kematian TBC
  2. Segera meningkatkan pendanaan untuk layanan TBC termasuk di dalamnya untuk sumber daya tenaga kerja kesehatan
  3. Mengedepankan Universal Health Coverage untuk memastikan seluruh pasien TBC mengakses layanan kesehatan yang bermutu dan mengatasi masalah under reporting
  4. Menangani gap yang terjadi dalam pelayanan TBC Resisten Obat
  5. Akselerasi peningkatan pemberian terapi pencegahan TBC (TPT)
  6. Mensosialisasikan Hak Asasi Manusia dan melawan stigma serta diskriminasi
  7. Memastikan kerjasama yang bermakna antara organisasi, komunitas, masyarakat, dan populasi terdampak TBC
  8. Meningkatkan investasi di bidang pengembangan riset TBC dalam upayanya untuk menemukan inovasi penanggulangan TBC yang memanfaatkan teknologi unggul
  9. Memastikan layanan pencegahan dan penanggulangan TBC tetap berjalan pada situasi COVID atau dalam situasi sulit lainnya
  10. Meminta WHO terus memberikan kepemimpinan global untuk TBC dan bekerja sama dengan negara-negara anggota dan pemangku kepentingan lain, termasuk mempersiapkan Pertemuan Tingkat Tinggi pada tahun 2023

 

Meskipun Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular paling mematikan di dunia, namun TBC dapat dicegah dan disembuhkan. Sekitar 85% orang yang memiliki penyakit TBC dapat berhasil diobati dengan obat anti-tuberkulosis minimal selama 6 bulan. Kedisiplinan pengobatan, dukungan dan komitmen pemerintah tetap menjadi poin penting untuk melawan TBC. Dan dukungan serta komitmen global juga menjadi kunci untuk mengakhiri endemi TBC di seluruh dunia.

 

Sumber:

https://www.who.int/docs/default-source/hq-tuberculosis/global-tuberculosis-report-2020/executive-summary.pdf?sfvrsn=2466d0dd_2

 

Editor: Melya, Triftianti Lieke
Gambar: Amadeus Rembrandt