Terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah berkembangnya bakteri tuberkulosis menjadi aktif. Penularan TBC terjadi saat bakteri penyebab TBC ditularkan melalui udara pada orang terdekat dengan pasien terinfeksi TBC. Meski demikian, orang dengan kondisi daya tahan tubuh yang baik, bakteri yang masuk ke dalam tubuh dapat dicegah oleh sistem kekebalan imun sehingga seseorang tersebut tidak menjadi sakit TBC (Infeksi Laten Tuberkulosis).


Orang yang terinfeksi dengan kondisi bakteri laten di tubuh, maka ia tidak dapat menularkan penyakit TBC kepada orang lain. Meski demikian, hal ini perlu diwaspadai saat kondisi kekebalan di dalam tubuh sedang menurun maka bakteri TBC dapat berkembang. Oleh karena itu, orang yang kontak dengan pasien TBC aktif, orang dengan HIV (ODHIV) ataupun kondisi penyerta yang menyebabkan imunitas turun harus minum obat untuk pencegahan agar menurunkan risiko terkena TBC.

Meski demikian capaian pemberian TPT masih jauh dari target. Salah satu penyebabnya dikarenakan oleh pemahaman masyarakat yang kurang tentang pentingnya pemberian TPT. Salah satunya adalah anggapan bahwa ketika anak tidak sakit maka tidak perlu dilakukan pengobatan.


Biasanya kasus TBC pada anak dipicu oleh kontak dengan orang serumah yang terinfeksi. Anak mudah terpapar dengan adanya interaksi dengan anggota keluarga yang terinfeksi secara terus menerus. Oleh sebab itu terapi pencegahan TBC yang diberikan selama kurun waktu 3 bulan (regimen 3HP) atau 6 bulan (regimen 6H) penting diberikan agar anak tidak menjadi TBC aktif dan mampu melindungi anak dari tuberkulosis.


Sumber:

 

Editor: Melya, Yeremia PMR