TBC adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Meski demikian TBC tidak hanya menyerang organ paru saja, namun juga organ lain termasuk tulang (TBC Tulang Belakang).


TBC tulang belakang sulit didiagnosis karena tidak menimbulkan rasa sakit di awal, dan pasien mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Selain gejala TBC pada umumnya, yaitu kelelahan, demam, menurunnya berat badan, dan keringat di malam hari, berikut beberapa gejala yang harus diwaspadai:

  • sakit punggung parah
  • pembengkakan
  • kekakuan
  • abses

Ketika TBC Tulang Belakang terjadi keparahan, maka berikut sejumlah gejala yang harus diwaspadai, meliputi:

  • komplikasi neurologis
  • paraplegia/lumpuh
  • pemendekan tungkai pada anak-anak
  • kelainan bentuk tulang

Untuk kasus berat, TBC bisa merusak tulang belakang sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan tulang keropos, punggung bungkuk hingga kelumpuhan yang dikarenakan bakteri TBC menyebar hingga menyerang dan menggerogoti tulang belakang. Hal ini dikatakan oleh Spesialis Bedah Saraf, dr. Ibnu Benhadi. Ia juga menyebutkan bahwa TBC Tulang Belakang yang mengalami keparahan membuat massa tulang berkurang, sehingga tulang menjadi keropos. Lalu, jika sudah keropos, maka tulang akan mudah patah.

TBC bukanlah penyebab tulang keropos atau punggung bungkuk tetapi bakteri ini menyerang sendi yang terdapat diantara tulang belakang sehingga menyebabkan kematian jaringan sendi dan kerusakan tulang belakang, hal yang sama terjadi pula pada punggung bungkuk karena adanya nyeri punggung yang berlangsung lama, dan pada akhirnya bila TBC tidak diobati sesuai standar maka dapat menimbulkan tulang di daerah tersebut menjadi keropos dan mudah patah. Sedangkan tulang keropos dan punggung bungkuk sendiri memiliki penyebab dan tatalaksana tersendiri. Penyebaran infeksi TBC yang parah juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada seseorang.

Di laman healthline disebutkan bahwa TBC tulang lebih berisiko di negara berkembang atau orang yang hidup dengan AIDS, termasuk Indonesia. Meski demikian ketika penyakit ini didiagnosis, maka segera diobati dengan rejimen obat yang tepat seperti rifampisin, isoniazid, etambutol dan pirazinamid selama 6-18 bulan. Dan dalam kasus yang lebih parah, maka dapat didukung dengan tindakan operasi tulang belakang, seperti laminektomi, dimana sebagian tulang belakang diangkat.

Sumber:

Editor: Melya, Damianus Wera