Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang menginfeksi paru-paru. Penularan TBC terjadi ketika penderita batuk sehingga percik renik (droplet) yang dikeluarkan yang mengandung kuman TBC terhirup oleh orang di sekitarnya. Meski demikian, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TBC akan mengalami gejala sakit TBC. Suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi namun tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberkulosis (Mtb) dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC, kondisi ini disebut dengan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). 

Beberapa hasil studi menunjukkan, sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi. Risiko penyakit TBC pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), orang yang memiliki kontak serumah dengan pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dan kelompok berisiko lainnya dapat dikurangi dengan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Orang dengan ILTB meski tidak ditemukan gejala TBC perlu memperoleh TPT.

Adapun tujuan pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) adalah untuk mencegah terjadinya sakit TBC sehingga dapat menurunkan beban TBC.

Siapa saja yang perlu mendapatkan TPT?

  • Kuman TBC ada di tubuh seseorang yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, sehingga orang yang tinggal serumah dengan pasien TBC yang terkonfirmasi secara bakteriologis perlu mendapatkan TPT.
  • Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif yaitu: pasien immunokompremais lainnya (pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, dll), serta kelompok Warga Binaan Penjara (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, dll.


Sumber:
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020
https://www.impaact4tb.org/faqs/

 

Editor: Melya, Meilani Matondang
Gambar: Amadeus Rembrandt