Mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) yang beragam selama 6 – 9 bulan tanpa putus merupakan perjuangan yang harus dihadapi oleh para pasien tuberkulosis (TBC). Hal ini menjadi salah satu penyebab pasien TBC mengalami tekanan (stres), baik secara fisik maupun psikis. TBC dapat menghambat penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari, memunculkan stigma dari masyarakat, bahkan ancaman kematian. Stres yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan seseorang menjadi mudah marah, cemas, berpikiran negatif, putus asa, dan merasa tidak berdaya. Kondisi ini secara tidak langsung juga berdampak pada ketidakteraturan pasien TBC dalam mengkonsumsi OAT.
Stres psikis dapat menimbulkan dampak fisik yang sangat beragam seperti nyeri kepala, nyeri daerah leher dan pundak, nyeri punggung bawah, sakit perut, ketegangan otot, dada serasa tertekan, rasa mengganjal di tenggorokan maupun hilang nafsu makan. Hal-hal ini berdampak buruk pada pasien TBC karena dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Kajian Saul A McLeod dalam laman Simplypsychology.org, 2010, menyatakan bahwa stress menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan antigen. Akibatnya seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan hormon yang diproduksi tubuh saat stres, yakni kortikosteroid, menekan efektivitas sistem kekebalan tubuh, antara lain dengan menurunkan jumlah limfosit. Oleh karena itu, stres tentu dapat memperberat kondisi pasien TBC, khususnya di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini.
TBC maupun COVID-19 merupakan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Meski demikian, menghadapi kedua penyakit ini dengan rasa takut dan khawatir berlebihan justru akan membuat situasi semakin buruk. Menjaga kesehatan tubuh dan berupaya mengurangi stres, membuat kita lebih tenang dan dapat bertindak efektif dalam masa sulit ini. WHO dalam dokumen manajemen stres memberikan sejumlah rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres. Berikut lima hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres:
- Memiliki kesadaran diri yang penuh
Belajar menerima kondisi dan situasi serta tetap fokus pada hal yang sedang kita lakukan maupun kondisi sekitar kita. Berusaha untuk tetap tenang dan memahami kondisi kita, serta tetap terlibat dengan interaksi sosial.
- Membebaskan diri
Bebaskan diri kita dari pikiran dan perasaan negatif dengan menyadari dan memahami apa yang sedang dirasakan. Setelah pemahaman terbentuk, berusaha kembali untuk fokus pada hal-hal yang sedang dilakukan.
- Menanamkan nilai-nilai kebaikan
Berbuat baik pada diri sendiri dapat menjadi metode untuk mengatasi stres. Pilihlah nilai-nilai kebaikan yang ingin kalian tanamkan dalam diri sendiri, seperti lebih peduli kepada orang di sekitar kita, membantu orang lain, menjadi lebih berani, ataupun lebih rajin.
- Berbuat kebaikan
Berbuat baik kepada orang lain, merupakan satu hal yang juga berdampak positif kepada diri sendiri, karena secara tidak langsung kita juga berbuat baik kepada diri sendiri.
- Belajar menerima situasi
Seburuk apapun situasi atau perasaan yang sedang dialami, terima dan biarkan hal itu datang dan pergi. Untuk melakukan hal ini, kita bisa belajar bagaimana bermeditasi melalui teknik pernafasan.
Mengingat stres juga dapat disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, konsumsi makanan bergizi serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat tetap penting dilakukan untuk dapat tetap sehat secara fisik, terlebih bagi pasien TBC. Selain itu dukungan keluarga dan lingkungan sekitar juga dapat menjadi motivasi bagi pasien TBC untuk tetap rutin menjalani pengobatan, dan menghindari potensi putus berobat.
Sumber:
https://bit.ly/WHOStressManagement
https://bebas.kompas.id/baca/opini/2020/04/12/stres-melemahkan-kekebalan-tubuh/
Editor: Melya Findi dan Alva Juan
Gambar: Amadeus Rembrandt