Tuberkulosis resistan obat (TBC RO) merupakan kondisi dimana obat-obatan untuk TBC lini pertama sudah tidak mempan dalam menyembuhkan infeksi TBC dalam tubuh pasien. Kondisi ini membuat pasien TBC resistan obat membutuhkan penanganan yang lebih kompleks; efek samping obat, biaya lebih besar, serta durasi pengobatan yang lebih lama. Disinilah perlu adanya keterlibatan komunitas dalam mendukung pengobatan pasien.
PETIR, Pejuang TBC Resistan merupakan sebuah komunitas pendamping pasien TBC RO yang sedang menjalani pengobatan di Kota Gresik. Komunitas yang dibentuk pada 17 Februari 2021 ini memiliki visi untuk dapat berkontribusi untuk program TBC nasional demi tercapai Indonesia bebas TBC kedepan. Komunitas PETIR dibentuk oleh tiga Lembaga, yaitu RSUD Ibnu Sina, Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik, Aisyiyah, serta Rekat Surabaya.
Rofi, ketua PETIR dalam pernyataannya mengatakan bahwa seringkali kesulitan pasien dampingan kami adalah adanya efek samping obat yang mereka konsumsi. Tak jarang banyak yang putus berobat karena tidak tahan dengan efek samping tersebut. Hal ini menjadi tantangan bagi Rofi dan ketujuh anggota PETIR untuk meyakinkan pasien yang didampingi agar tidak putus menjalani pengobatan.
Adapun sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh PETIR adalah menyebarluaskan informasi tentang TBC dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), memberikan pendampingan dan dukungan kepada pasien TBC RO dan TBC secara umum, meningkatkan akses terhadap dukungan pengobatan dan perawatan pasien TBC RO guna mencegah pasien mangkir, meningkatkan jejaring dengan organisasi mitra atau lembaga lain dalam mendukung pasien TBC, serta mendukung program pemerintah dalam menangani permasalahan TBC RO yang ada dalam masyarakat.
“Setiap satu bulan sekali kami melakukan follow-up mengenai proses pendampingan yang dijalani,” ujar Rofi.
Selain pendampingan pasien dalam pengobatan, PETIR juga memberikan pengembangan kapasitas di bidang ekonomi bagi pasien dampingan. Hal ini bertujuan agar mereka tetap produktif dan tidak kehilangan semangat untuk tetap berkarya. Pasalnya tak jarang pasien TBC RO kehilangan pekerjaan karena harus menjalani pengobatan. Tentu hal ini berdampak pada aspek finansial, terlebih ketika mereka adalah tulang punggung keluarga.
”Pelatihan ekonomi ini, diharapkan dapat membekali pasien dampingan kami untuk bisa mandiri secara finansial dan aktif berkegiatan,” ujar Rofi.
Komunitas PETIR diharapkan dapat menjadi wadah bagi para penderita TBC RO untuk saling menguatkan selama menjalani pengobatan, serta berjuang untuk tetap dapat aktif produktif menjalani keseharian mereka. Rofi juga berharap, selain aspek ekonomi, pasien TBC RO juga mendapat dukungan dari aspek pemenuhan kebutuha nutrisinya.
Teks: Melya
Editor: Erman Varella
Gambar: Amadeus Rembrandt
Foto: dokumentasi PETIR