Memberikan Asi Eksklusif bagi Bayi merupakan salah satu pemenuhan hak anak serta awal yang baik bagi anak dalam masa awal kehidupan dan mendukung tumbuh kembang. ASI memberikan manfaat kesehatan bagi bayi terutama untuk pemenuhan nutrisi. Meski demikian ada sejumlah kondisi yang kerap menghalangi ibu dalam memberikan ASI bagi bayi, salah satunya ketika ibu menderita tuberkulosis. Muncul pertanyaan apakah ibu menyusui yang terinfeksi TBC dapat memebrikan ASI bagi bayi?
Badan Kesehatan Dunia, (WHO) menganjurkan agar ibu tetap memberikan ASI bagi bayinya, hal ini dikarenakan bakteri tuberkulosis tidak menular melalui air susu ibu. Di sisi lain transmisi tuberkulosis adalah menular melalui udara, sehingga tidak mempengaruhi kualitas ASI yang diberikan kepada bayi. Meski demikian ada hal yang perlu diperhatikan bagi ibu menyusui untuk meminimalisir penularan TBC kepada bayinya. Dalam dokumen yang dirilis oleh WHO, ada tatalaksana spesifik pada situasi berbeda sesuai dengan waktu tegaknya diagnosis tuberkulosis pada ibu menyusui, selengkapnya sebagai berikut:
- Ibu yang terdiagnosis tuberkulosis paru aktif dan sudah memulai terapi 2 bulan atau lebih sebelum persalinan, ibu harus diperiksakan sputum mikroskopis bakteri tahan asam (BTA) sebanyak 2 kali dan pastikan hasil negatif sehingga tidak infeksius saat bayi lahir. Jika hasil negatif maka terapi obat anti tuberkulosis ibu dilanjutkan, ibu dapat menyusui normal, bayi diberi imunisasi BCG segera mungkin setelah lahir.
- Ibu yang terdiagnosis tuberkulosis paru aktif dan memulai terapi obat anti tuberkulosis kurang dari 2 bulan sebelum persalinan, namun hasil pemeriksaan sputum mikroskopis bakteri tahan asam masih positif. Ibu dapat melanjutkan terapi anti tuberkulosis dan tetap harus menyusui normal. Bayi diberikan profilaksis isoniazid selama 6 bulan, kemudian dilakukan imunisasi BCG setelah selesai pemberian isoniazid.
- Ibu yang terdiagnosis tuberkulosis paru aktif kurang dari dua bulan pasca persalinan, maka ibu tetap diberikan penatalaksanaan tuberkulosis dan tetap dapat menyusui. Bayi diberikan kemoprofilaksis isoniazid selama 6 bulan, serta vaksin BCG setelah kemoprofilaksis isoniazid selesai.
- Ibu yang terdiagnosis tuberkulosis paru aktif dua bulan atau lebih setelah persalinan, maka ibu tetap diberikan penatalaksanaan tuberkulosis dan tetap menyusui secara normal. Bayi diberikan profilaksis isoniazid selama 6 bulan. Jika vaksin BCG sudah diberikan saat bayi lahir, tidak ada manfaat jika diberikan BCG ulang setelah pemberian kemoprofilaksis dan penambahan berat badan serta status kesehatan bayi harus diawasi.
- Selain itu juga ibu tetap harus menerapkan etika batuk dan menggunakan masker selama proses menyusui.
Minggu ini setiap tanggal 1-7 Agustus, seluruh dunia memperingati Pekan ASI Sedunia. Tahun ini Pekan ASI Sedunia mengangkat tema ”Support Breastfeeding for Healthier Planet” atau mendukung pemberian ASI untuk dunia yang lebih sehat. Sejalan dengan tema ini, WHO dan UNICEF menyerukan kepada pemerintah untuk melindungi dan mempromosikan akses perempuan ke konseling menyusui yang terampil, komponen penting dari dukungan menyusui.
Pekan Asi Sedunia bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI). Mari kita dukung pemberian ASI eksklusif untuk masa depan anak yang lebih sehat serta wujud nyata untuk pemenuhan hak dasar anak.
Sumber:
- https://www.who.int/news-room/detail/31-07-2020-world-breastfeeding-week-2020-message#:~:text=The%20theme%20of%20World%20Breastfeeding,critical%20component%20of%20breastfeeding%20support.
- https://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/breastfeeding_and_maternal_tb.pdf?ua=1
Editor: Melya Findi, Wera Damianus
Gambar: Amadeus Rembrandt