Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian tertinggi. Selain paru, TBC yang merupakan penyakit sistemik yang juga dapat menyerang organ tubuh lain, kondisi ini yang disebut dengan TBC Ekstra Paru. Selain organ paru, TBC juga dapat menyerang organ lain seperti selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfa, kulit, serta ginjal.
TBC ekstra paru bisa terjadi dikarenakan reaktifasi TBC lama yang dipengaruhi oleh sejumlah kondisi diantaranya faktor usia, penggunaan obat imunosupresif atau steroid, malnutrisi, prevalensi HIV, serta penyakit penyerta seperti liver dan ginjal. Lokasi infeksi TBC pun dipengaruhi oleh aliran darah dan tingginya tekanan oksigen seperti salah satunya karena korteks ginjal. Hal ini dikarenakan penularan TBC ekstra paru terjadi melalui darah dan cairan tubuh yang terinfkesi bakteri TBC. Biasanya penularan terjadi melalui transfusi darah.
TBC ekstra paru yang seringkali terjadi adalah TBC saluran kemih (Genitourinary Tuberculosis). Hal ini dikarenakan penyebaran hematogen dari infeksi paru laten kronis ke organ ginjal, epididimis, atau saluran tuba, serta pembenihan prostat meski hal ini jarang terjadi. TBC pada ginjal dapat menyebabkan komplikasi lain seperti penumpukan kalsium pada ginjal yang mengindikasikan bahwa fungsi ginjal menurun, hipertensi, pembentukan jaringan yang bernanah, dan menyebar pada ginjal, hingga pada tahap yang paling parah, yaitu gagal ginjal.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengatakan bahwa dari 641 transplantasi ginjal, 12 kasus mengalami kejadian TBC. Gejala yang muncul biasanya adalah:
- Gangguan akut, disertai demam, anoreksia, dan kehilangan berat merupakan keluhan utama, menyerupai gejala uremik
- Demam
- Rasa lelah (malaise)
- Penurunan berat badan
- Batuk dan hemoptisis (batuk darah)
Agar mendapatkan penanganan yang tepat dan segera, skrining TBC perlu dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi TBC asimptomatik atau simptomatik minimal, dan meminimalisasi morbiditas, mortalitas, dan potensi penyebarannya.
Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien TBC Ginjal (Penyakit Ginjal Kronis) akan dipengaruhi oleh kelainan ginjal dan derajat berat ringannya penyakit. Karena sebagian OAT bersifat Nefrotoksik dan diekskresi oleh ginjal serta waktu menelan OAT cukup lama (6 – 18 bulan), maka sangat perlu dilakukan penyesuaian dosis OAT yang bersifat nefrotoksik atau diganti dengan OAT yang tidak merusak ginjal oleh dokter yang merawat. Dengan penyesuaian dosis dan pergantian OAT yang aman untuk ginjal, maka diharapkan angka penyembuhan pasien TBC ginjal (kronis) semakin meningkat.
Tanggal 11 Maret diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia. Momen ini menjadi ajakan bagi masyarakat untuk tetap waspada menjaga kesehatan ginjal. Dilansir dari situs worldkidneday.org, berikut adalah delapan hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan organ ginjal:
- Tetap bugar dengan aktif berolahraga, hal ini dapat membantu untuk menjaga berat badan ideal, menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit ginjal kronis.
- Makan makanan yang sehat guna menjaga berat badan ideal, menurunkan tekanan darah, mencegah diabetes, penyakit jantung, dan kondisi lain yang terkait dengan penyakit ginjal kronis, dan mengurangi asupan garam.
- Mengontrol kadar gula darah. Hal ini penting, terutama bagi mereka yang mendekati usia lanjut. Mengingat sekitar setengah dari penderita diabetes mengalami kerusakan ginjal.
- Rutin memeriksakan dan kontrol tekanan darah Anda. Tekanan darah tinggi dapat merusak ginjal. Hal ini mungkin terjadi jika dikaitkan dengan faktor lain, seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit kardiovaskular. Risikonya bisa dikurangi dengan kontrol tekanan darah yang baik.
- Mengkonsumsi air mineral. Biasanya cairan yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 8 gelas per hari atau sekitar 2 liter per hari untuk orang sehat. Meski demikian asupan cairan perlu disesuaikan jika seseorang menderita penyakit ginjal, jantung atau hati.
- Tidak merokok, karena rokok dapat memperlambat aliran darah ke ginjal. Merokok juga meningkatkan risiko kanker ginjal sekitar 50 persen.
- Tidak minum pil antiinflamasi/penghilang rasa sakit yang dijual bebas secara teratur karena dapat membahayakan ginjal.
- Memeriksakan fungsi ginjal secara rutin, terlebih bagi yang memiliki diabetes, hipertensi, obesitas, dan memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal
Dalam worldkidneyday.org juga disebutkan bahwa penyakit ginjal kronis (CKD) dan cidera ginjal akut (AKI) menjadi penyumbang dalam peningkatan morbiditas dan mortalitas dari penyakit lain dan faktor risiko termasuk tuberkulosis. Selain itu, CKD dan AKI pada anak-anak, tidak hanya menyebabkan morbiditas dan mortalitas selama masa kanak-kanak tetapi juga berdampak dalam proses tumbuh kembang anak.
Sumber:
- https://www.medscape.com/answers/230802-19536/what-are-the-signs-and-symptoms-of-genitourinary-tuberculosis-tb
- https://www.papdi.or.id/pdfs/764/dr%20I%20Made%20Bagiada%20-%20Terapi%20TB%20PADA%20KEADAAN%20KHUSUS%20-%20CKD,%20DM,%20HIV.pdf
- https://www.halodoc.com/artikel/waspadai-komplikasi-akibat-tuberkulosis
- https://www.worldkidneyday.org/facts/take-care-of-your-kidneys/8-golden-rules/
Editor: Melya, Damianus Wera
Gambar: Amadeus Rembrandt