Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia juga memiliki persoalan epidemi demam berdarah dengue (DBD) yang mengakibatkan ratusan kematian pada awal tahun ini. Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa dari 1 Januari hingga 4 April 2020, ada 39.876 kasus DBD dan 254 kematian.
DBD adalah infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang umum terjadi di daerah beriklim tropis. Infeksi ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue dan dapat menyebabkan tanda dan gejala yang luas dari ringan sampai berat dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan tanda dan gejala tersebut, maka DBD dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu 1) Demam Dengue yang ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot/sendi dan ruam kulit. 2) Demam Berdarah Dengue (DHF) yang ditandai dengan gejala tersebut diatas ditambah dengan muntah terus menerus sakit perut dan perdarahan dari hidung, gusi atau dibawah kulit. 3) Dengue Syock Syndrome (DSS) ditandai dengan semua gejala diatas ditambah dengan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian.
Awal tahun ini, WHO menyatakan demam berdarah sebagai ancaman potensial di antara sepuluh penyakit. Epidemi DBD cenderung memiliki pola musiman, dengan penularan sering memuncak selama dan setelah musim hujan. Ada beberapa faktor yang menunjang peningkatan ini, salah satunya adalah tingkat populasi nyamuk yang tinggi, kerentanan terhadap stereotipe yang bersirkulasi, suhu udara yang mendukung, curah hujan dan kelembaban, yang semuanya mempengaruhi pola reproduksi dan pemberian makan populasi nyamuk, serta periode inkubasi virus.
Berkaitan dengan tuberkulosis, keduanya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di beberapa wilayah. Kedua penyakit ini dapat berada di daerah endemi yang sama. Secara uji klinis, korelasi antara demam berdarah dan tuberkulosis mungkin saja terjadi, dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehubungan dengan imunitas tubuh. Di sejumlah negara beriklim tropis, menunjukkan prevalensi tinggi demam berdarah serta TBC. Ditambah keduanya juga dapat menjadi penyakit penyerta yang memperburuk kondisi pasien yang terinfeksi Covid-19.
Di tengah upaya pencegahan dan penyembuhan Covid-19 saat ini, pemerintah juga turut melakukan langkah antisipasi dan pencegahan agar DBD dan TBC tidak semakin tinggi di Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai negara tropis sangat rentan akan wabah DBD. Karena DBD menyebar melalui gigitan nyamuk dan berhubungan dengan kebersihan lingkungan, maka pencegahan menjadi kunci penentu dalam memutus rantai penularan. Gerakan pencegahan yang selalu didengungkan oleh tenaga kesehatan adalah “3M plus” yaitu Menguras, Menutup, Mengubur dan menggunakan kelambu, obat nyamuk, dll. Untuk itu dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya penanggulangan DBD.
Tanggal 22 April setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Nasional. Dalam peringatan Hari Demam Berdarah Nasional ini, pemerintah mengajak masyarakat untuk terus melakukan sosialisasi tentang bahaya demam berdarah dan cara pencegahannya.
Sumber:
https://www.who.int/health-topics/dengue-and-severe-dengue#tab=tab_1http://www.bmbtrj.org/article.asp?issn=2588-9834;year=2019;volume=3;issue=2;spage=111;epage=116;aulast=Joob
Editor: Melya Findi dan Damianus Wera
Gambar: Amadeus Rembrandt dan Agatha Karina