Demam Berdarah Dengue dan COVID-19 beberapa kali terjadi salah diagnosa. Hal ini disebabkan keduanya memiliki gejala serupa dan sering terjadi positif palsu COVID-19 saat dilakukan uji diagnosa. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya koinfeksi atau infeksi simultan antara COVID-19 dan DBD. Hal ini kemudian disikapi dengan melakukan diagnosa keduanya agar pasien mendapat penanganan yang tepat. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan sejak 1 Januari hingga 27 April 2020, tercatat 49.563 kasus DBD, dengan sebaran terbanyak ada di wilayah Jawa Barat sebanyak 6.337 kasus.
Dikutip dari kompas.com, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kebupaten Banyumas menyebutkan dari awal tahun 2020 hingga Juni 2020 tercatat 209 kasus DBD di wilayahnya. Dengan korban meninggal sebanyak 6 orang. Jumlah ini terbilang meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 dimana selama tahun tersebut kasus yang ditemukan di wilayahnya adalah sebanyak 202 dengan korban meninggal sebanyak 10 orang. Ia menuturkan bahwa peningkatan ini terjadi karena kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang sebelumnya gencar dilakukan terhambat karena warga dan petugas fokus pada penanganan COVID-19.
Secara umum DBD dan COVID-19 memiliki gejala yang sama dan keduanya juga disebabkan karena infeksi virus. Hanya bedanya virus corona ditularkan melalui manusia ke manusia, sementara DBD ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Melihat adanya peningkatan kasus DBD ini perlu juga disikapi dengan langkah pencegahan tidak hanya untuk COVID-19 namun juga DBD. Menanggulangi COVID-19 dengan mengabaikan penyakit endemis lainnya justru hanya akan menimbulkan persoalan baru.
COVID-19 dapat dicegah dengan melakukan physical distancing, mencuci tangan dengan sabun, menghindari keramaian, menjaga daya tahan tubuh, makanan bergizi, istirahat yang cukup serta menjalani pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dilakukan mengingat penularannya adalah dari manusia ke manusia. Langkah pencegahan DBD sedikit berbeda, mengingat penularannya adalah melalui nyamuk, maka perlu melakukan tindakan memutus daur hidup nyamuk melalui Gerakan 3 M Plus (Menutup tempat penampungan air, Menguras bak mandi dan tempat penampungan air 2 - 3 hari sekali dan Mengubur kaleng, botol, gelas plastik bekas yang potensial menampung air) dan plus (gunakan kelambu, obat anti nyamuk, bersihkan belukar sekitar tempat tinggal, penyebaran Abate serta n linkalau perlu lakukan tindakan fogging), dan tentunya tetap menjalani pola hidup bersih dan sehat.
Tanggal 15 Juni diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN (ASEAN Dengue Day). ADD digagas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam pada tanggal 30 Oktober 2010 dan Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011. Momen ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama dan komitmen negara-negara ASEAN dalam upaya pengendalian DBD. Tahun ini, Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN mengusung tema “United Fight against Dengue”. Tema ini tentunya sesuai dengan upaya mencapai keberhasilan pengendalian DBD, dimana kontribusi semua pihak, termasuk masyarakat sangat penting untuk memutus mata rantai penularan DBD bersama-sama.
Sumber:
- https://www.environmentalscience.bayer.co.id/berita/asean-dengue-day-2019#:~:text=Tanggal%2015%20Juni%20diperingati%20sebagai,ASEAN%20(ASEAN%20Dengue%20Day).
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/28/172650765/waspada-ada-49563-kasus-demam-berdarah-di-indonesia-selama-2020
- https://regional.kompas.com/read/2020/06/08/18433931/209-orang-di-banyumas-terkena-dbd-6-meninggal-dunia
Editor: Melya Findi, Damianus Wera
Gambar: Amadeus Rembrandt