Orang yang kontak serumah dengan pasien TBC, berisiko terinfeksi TBC. Hanya saja tidak semua yang terinfeksi TBC berkembang menjadi sakit TBC. Orang yang sakit TBC berisiko untuk menularkan bakteri TBC kepada orang di sekitarnya.
Terkait infeksi TBC, WHO menyusun pedoman yang merokemendasikan kelompok prioritas untuk diberikan pengobatan pencegahan TBC, misalnya; ODHA, anak-anak, orang yang menjalani hemodialisa.
Dalam kelompok tersebut, anak-anak merupakan subjek yang paling rentan terinfeksi TBC. Deteksi TBC pada anak lebih sulit dibanding orang dewasa. Salah satu faktornya adalah sulitnya anak-anak untuk bisa mengeluarkan dahak. Tahun 2014, The Union mengembangkan pilot project untuk deteksi TBC pada anak di dua distrik di Uganda, baik di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Implementasi Pilot Project the Union: Deteksi TBC pada Anak
Dalam mengimplementasikan proyek ini, the Union berkolaborasi dengan Program TB Nasional di Uganda. Union melatih petugas kesehatan untuk dapat mengenali tanda dan gejala TBC pada anak, sehingga anak-anak yang berpotensi terinfeksi TBC dapat dievaluasi secara langsung. Petugas kesehatan yang dilatih ini juga berperan dalam memberikan perawatan pencegahan kepada anak-anak. Mereka difasilitasi dengan gawai, sehingga dapat langsung memasukan data perawatan yang dilakukan. Data ini secara otomatis terekam dan digunakan sebagai data monitoring.
Hasil dari pilot project ini menunjukkan bahwa terapi pencegahan penularan TBC bagi anak-anak meningkat dari 5% menjadi 72% di kedua wilayah intervensi dalam kurun waktu dua tahun.
The Union melakukan uji pendekatan serupa di wilayah lain, yaitu Benin, Burkina Faso, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian terapi pencegahan penularan TBC pada anak perlu dilakukan dengan tingkat penyelesaian pengobatan yang tinggi. Hal ini dirasa sangat efektif mengingat sumber daya manusia yang terbatas.
Dalam penerapan pilot project ini, the Union mengembangkan pelatihan berbasis daring mengenai pencegahan TBC bagi petugas kesehatan, terutama bagi staf dan klinisi program TBC dan AIDS, termasuk di dalamnya; dokter anak, ahli paru, dokter praktik umum, petugas klinis, perawat dan staf paramedis, dan petugas kesehatan lain yang terlibat dalam layanan TBC.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait aspek manajemen infeksi TBC agar implementasi layanan pencegahan TBC di setiap wilayah makin meningkat. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk mendukung Program Tuberkulosis Nasional dalam meningkatkan perawatan pencegahan TBC untuk orang yang telah terpapar bakteri TBC, salah satunya pada anak di bawah lima tahun.
Setiap orang memiliki resiko terinfeksi TBC, tanpa terkecuali adalah anak-anak, dan mereka memiliki hak untuk mengetahui status TBC mereka – apakah mereka hidup dengan orang yang terinfeksi TBC atau menderita TBC. Untuk mencapai target pencegahan tuberkulosis yang dicanangkan oleh PBB, maka dibutuhkan jangkauan yang luas bagi setiap orang untuk mendapat akses informasi tersebut, serta juga informasi mengenai pengobatan dan perawatan untuk TBC.
Artikel asli dari The Union, Advancing Tuberculosis Prevention, Issue Brief 2019.
Gambar: (Atas) Ansek, seorang anak yang sedang memeriksakan ke perawat untuk melakukan pencegahan penularan TBC bersama pamannya yang terdiagnosa TBC, sebagai bagian dari studi TITI. (bawah) Seorang Kader pada proyek DETECT Child TB mengunjungi keluarga terduga TBC.
Editor: Melya Findi, Amadeus Rembrandt, Angelin Yuvensia