Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) lebih mudah terserang bakteri penyebab tuberkulosis (TBC), yaitu Mycobacterium tuberculosis. Hal ini dikarenakan pada ODHA sistem kekebalan tubuhnya lebih rentan dan menjadi pintu bagi bakteri TBC untuk menyerang. Padahal sistem kekebalan tubuh bertugas untuk melawan infeksi yang menyerang tubuh. Apabila sistem kekebalan tubuh melemah, menyebabkan jumlah CD4 menurun. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Sehingga apabila seorang ODHA terinfeksi TBC, maka jumlah CD4-nya dapat menurun drastis.

Infeksi pada orang HIV-negatif hanya menjadi aktif setelah beberapa tahun, dan lebih dari 90 persen tidak berkembang menjadi TBC aktif. Sebaliknya, bila ODHA terinfeksi TBC, infeksi lebih mungkin menjadi aktif, dan infeksi menjadi aktif lebih cepat.

TBC aktif akan terjadi pada rata-rata 50 persen ODHA selama hidupnya, dibandingkan dengan hanya 5-10 persen orang HIV-negatif. Ada banyak bukti bahwa ODHA lebih mungkin berkembang menjadi TBC aktif bila bertemu dengan orang lain dengan TBC aktif.

TBC lebih sulit didiagnosis dan diobati pada ODHA. Walaupun TBC biasanya dianggap sebagai infeksi oportunistik (IO), berbeda dengan kebanyakan IO lain, TBC paru dapat dialami dengan jumlah CD4 yang masih tinggi. Namun risiko menjadi TBC aktif akan semakin tinggi pada saat kerusakan sistem kekebalan tubuh semakin berat. Perlu diketahui bahwa infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk, dalam hal ini adalah orang dengan HIV.

Meski demikian pencegahan aktifnya bakteri TBC juga bisa dimulai dari lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang bersih, sirkulasi udara yang baik, serta pencahayaan sinar matahari yang cukup, faktor-faktor tersebut sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit TBC menjadi aktif di dalam tubuh ODHA.

 

Sumber:
Green, Chris W. 2016. Seri Buku Kecil: HIV & TB. Jakarta: Spiritia.

Editor: Melya Findi dan Trifianti
Gambar: Amadeus Rembrandt