Hujan yang menerjang Jakarta sejak 30 Desember 2019 lalu menimbulkan banjir yang terjadi di banyak titik di Ibukota. Hal ini menutup banyak akses, termasuk akses warga untuk mendapat layanan kesehatan. Kondisi ini tentunya berdampak pada pasien TBC Kebal Obat yang tengah menjalani pengobatan.
Pengobatan pada pasien TBC Kebal Obat membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, yaitu sekitar 19-24 bulan. Dalam buku saku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, disebutkan bahwa pengobatan yang diberikan bagi pasien TBC Kebal Obat harus dilakukan setiap hari dibawah pengawasan petugas kesehatan yang ditunjuk sebagai PMO (Pengawas Menelan Obat). Pasien pun harus secara rutin datang ke Fasyankes (Fasilitas Layanan Kesehatan) untuk mendapatkan obat tersebut.
Meski demikian, akses layanan ini menjadi terhambat karena titik banjir yang tersebar mempersulit pasien untuk mengunjungi Fasyankes terdekat. Bahkan banyak dari mereka harus mengungsi karena rumahnya terendam banjir.
Paran Sarimita, aktivis Organisasi PETA (Pejuang Tangguh) TBC Kebal Obat, mengatakan bahwa apabila banjir terus menerus berlangsung, kemungkinan pasien untuk tidak minum obat sangat besar. Bahkan banjir juga terjadi di sejumlah rumah sakit di Jakarta seperti RSUP Persahabatan, Rumah Sakit TNI AL Dr Mintoharjo, serta Rumah Sakit Kartika Pulomas. Yang menjadi kekawatiran adalah apabila pasien terputus saat menjalani pengobatan, maka berdampak pada tingkat resistensi bakteri yang semakin kuat.
Menurut pengalaman sebelumnya, kasus serupa juga terjadi saat banjir tiba. Hingga akhirnya petugas Puskesmas dibantu dengan tim SAR melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien dengan menggunakan perahu karet untuk jemput bola agar pasien TBC Kebal Obat tetap dapat memperoleh layanan kesehatan. Kini pemerintah DKI Jakarta menyediakan akses layanan kesehatan di 32 RSUD dan 44 Puskesmas di seluruh wilayah DKI Jakarta. Upaya antisipasi ini tentunya diharapkan dapat mengurangi angka putus obat bagi pasien TBC Kebal Obat. Sehingga penularan yang kemungkinan dapat terjadi di lokasi pengungsian pun juga dapat diminimalisir.
Teks: Melya Findi
Editor: Yeremia PMR
Gambar: Amadeus Rembrandt