Penanganan Covid-19 di sejumlah negara masih melalui beragam uji coba, baik dalam upaya penemuan vaksin, obat, serta uji diagnosis yang dianggap paling efektif. Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan akan menggunakan mesin TCM-TB yang telah efektif digunakan untuk diagnosis TBC, untuk digunakan bagi uji spesimen Covid-19. Hal ini tentu memunculkan sejumlah peluang pembelajaran dari penanganan tuberkulosis selama ini telah dilakukan untuk mengatasi penyakit menular paling mematikan di dunia dan membunuh hampir semua 1,5 juta per tahun.

  1. Promosi Edukasi dan Peningkatan Layanan Kesehatan

Pada pertengahan awal abad ke-20, TBC merupakan pembunuh terbesar di Eropa, Amerika Utara, dan Jepang. Sejumlah upaya dilakukan seperti kampanye besar-besaran, distribusi antibiotik menyeluruh, dan perbaikan dalam layanan kesehatan. Hal ini kemudian berdampak dimana akhirnya TBC hampir hilang di sejumlah negara maju. Meski demikian, di beberapa negara TBC masih terjadi. Hampir sepertiga populasi dunia memiliki TBC laten, yaitu kondisi dimana bakteri tidak menunjukkan gejala, sementara hampir 10 juta per tahun jatuh sakit dan 15% meninggal. Kondisi ini kerap terjadi pada kelompok populasi ekonomi miskin, dan terpinggirkan, seperti daerah kumuh, penjara, di kamp-kamp pengungsi, serta orang dengan HIV AIDS.

  1. Pemahaman Tentang Resistansi

Perlu dipahami bahwa patogen terus bermutasi menjadi lebih berbahaya. Seperti halnya pada TBC, TBC yang resistan pada beberapa obat, atau dikenal sebagai TB-MDR, tidak dapat diobati dengan antibiotik konvensional, dan membutuhkan perawatan yang jauh lebih mahal selama 6-9 bulan, seringkali dengan efek samping.  Bahkan sebagian besar dari mereka yang tertular MDR-TB tidak pernah didiagnosis dengan benar dan hampir setengahnya meninggal. TB-MDR telah digambarkan sebagai “Ebola dengan sayap”: sama-sama fatal, jauh lebih menular, dan telah mempengaruhi sekitar 500.000 orang per tahun di setiap wilayah di dunia. Kondisi ini menjadi pembelajaran serius bagi penanganan Covid-19 agar lebih maksimal. Perlu adanya pemikiran tentang pendekatan yang dapat dilakukan terhadap keamanan kesehatan global.

  1. Keyakinan Bahwa Setiap Penyakit Dapat Disembuhkan

Pelajaran dari perjuangan melawan TBC adalah bahwa penyakit yang paling berat sekalipun dapat disembuhkan. Kematian keseluruhan dari TBC menurun sekitar 40% antara tahun 2000 dan 2018. Jumlah orang yang tidak didiagnosis atau dirawat - telah menurun tajam sejak 2018. Perawatan baru untuk MDR-TB secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. 

  1. Memahami Persamaan Gejala Covid-19 dan TBC

TBC dan Covid-19 sama-sama memiliki permasalahan pada pernapasan. Sementara itu Covid-19 masih dalam tahap pembelajaran oleh ahli sebagai penyakit baru yang ditemukan akhir 2019 lalu. Meski demikian permasalah pada pernafasan ini menjadi indikasi bahwa orang dengan TBC akan menjadi lebih rentan. Selain itu juga sejumlah kondisi yang rentan adalah orang dengan penyakit autoimun atau penyakit pernapasan kronis, orang yang tidak mampu atau mengakses pelayanan kesehatan, kondisi kebersihan yang buruk. Sehingga apabila terinfeksi Covid-19 dengan kondisi sedang memiliki TBC akan lebih berbahaya.

  1. Pemanfaatan Teknologi Penanggulangan TBC

Ada beberapa alat yang telah digunakan untuk memerangi TBC yang kemungkinan dapat memainkan peran penting dalam menanggulangi Covid-19.  Di sebagian besar negara termiskin, perangkat diagnostik molekuler yang paling banyak didistribusikan adalah instrumen GeneXpert Cepheid yang didanai oleh Global Fund.  Global Fund telah memasang lebih dari 10.000 perangkat ini di laboratorium di negara miskin dan menengah dan telah melatih teknisi untuk mengoperasikannya. Selain itu Cepheid telah menerima persetujuan FDA untuk kartrid Covid-19 untuk penggunaanya. Hal ini yang dalam beberapa Minggu kedepan akan diuji coba oleh pemerintah Indonesia dalam upaya mempercepat uji diagnosis Covid-19 dengan hasil yang lebih akurat.

Selain itu sejumlah hal perlu dipelajari dari penanggulangan TBC selama ini adalah perlunya menghapus hambatan hak asasi manusia untuk mendapat akses perawatan kesehatan, menghapus stigma yang diarahkan pada kelompok berisiko dan orang dengan penyakit ini, dan merangkul masyarakat yang juga memiliki peran penting dalam mendukung sistem kesehatan Nasional.

Pembelajaran ini tentunya sangat penting agar mampu mengurangi ancaman Covid-19 yang dapat berakibat pada peningkatan kematian akibat TBC.  Pendekatan terpadu, memanfaatkan infrastruktur dan sumber daya yang telah diuji pemanfaatannya selama ini untuk sistem layanan kesehatan sebelumnya tentunya dapat membuat upaya penanggulangan Covid-19 menjadi lebih cepat.

 

Sumber:
https://www.theglobalfund.org/en/blog/2020-03-23-fighting-tuberculosis-lessons-for-covid-19/

Editor: Melya Findi dan Yeremia PMR
Gambar: Amadeus Rembrandt