Stigma membunuh.
Meskipun tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular, penderita TBC tidak untuk dijauhi. Penyakit TBC merupakan penyakit kronis yang memerlukan durasi pengobatan yang cukup lama. Oleh sebab itu, penderita TBC memerlukan dukungan untuk memulai pengobatan dan menjalaninya hingga tuntas. Kepatuhan minum obat dan alasan mengapa seorang penderita TBC harus selesai menjalani pengobatan perlu kita pahami. Pengobatan TBC yang tidak selesai dapat menyebabkan terjadinya resistensi atau bakteri TBC menjadi kebal obat TBC sehingga pengobatan yang perlu dijalani oleh penderita akan menjadi semakin lama dan berat.
Apabila penderita TBC adalah orang terdekat yang berada di keseharian kita, seperti misalnya orang satu rumah, alangkah baiknya kita melakukukan skrining TBC untuk diri sendiri dan orang lain yang berkontak erat dengan penderita. Pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) bagi mereka yang merupakan kontak dari penderita TBC merupakan upaya perlindungan untuk mencegah TBC laten berkembang menjadi TBC aktif atau sakit TBC.
Di lingkup yang lebih luas, dukungan sosioekonomi adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh penderita TBC, terutama penderita TBC resisten obat. TBC resisten obat adalah TBC yang tidak bisa diobati dengan obat anti tuberkulosis lini pertama. Penderita TBC resisten obat harus menjalani pengobatan hingga selesai dengan pendampingan dan pengawasan agar penyakitnya dapat diobati hingga tuntas. Selama proses tersebut, penderita TBC dihadapkan dengan tantangan-tantangan seperti kehilangan pekerjaan, kebutuhan pemenuhan gizi, dan akses ke fasilitas kesehatan (1). Dukungan sosioekonomi berkontribusi secara signifikan terhadap kesuksesan terapi dan membantu penderita dalam menjalani proses pengobatan TBC yang lama.
Referensi:
(1) PATH. (2019) Patient Support System: Stakeholder Toolkit. A Comprehensive Approach to Link Private-Sector Drug-Resistant Tuberculosis Patients to Existing Programmatic Management of Drug-Resistant Tuberculosis Services in the Public Sector. India